-->

Benarkah Kunyit Memang Bisa Mengobati Penyakit Kanker ?

Beberapa waktu lalu, di beberapa tempat, para petani tradisional sempat ramai-ramai tidak mau menanami lahannya dengan tanaman pangan yang selama ini mereka tanam.
Apakah mereka mogok ?
Bukan. Mereka “hanya” mau mencoba mengganti jenis tanaman lama dengan satu tanaman jenis baru, yaitu kunyit.
Sebabnya, karena waktu itu harga kunyit begitu melambung tinggi ( saat itu bahkan sampai seharga 60 ribu rupiah per kilonya ).
Karena itulah banyak petani yang “ngiler” mau mencoba tanaman ini.
Meski harga kunyit waktu terbilang melambung tinggi, tetapi stok kunyit selalu saja ludes, karena informasinya, diborong oleh salah satu perusahaan produsen jamu.
Konon kabarnya, kunyit-kunyit tersebut akan dipergunakan sebagai bahan obat penyakit kanker.

Tapi, Benarkah Kunyit Memang Bisa Mengobati Penyakit Kanker ?

Memang telah lama diketahui bahwa dalam kunyit mengandung suatu zat kimia yang dinamakan dengan Curcumin.
Curcumin, ini telah lama diyakini sangat bermanfaat untuk kesehatan manusia, termasuk untuk memerangi penyakit kanker.

Kini di sebuah rumah sakit di Leicester, Inggris tengah mencoba untuk memberikan zat dari kunyit - curcumin – ini kepada pasien kanker selain kemoterapi dan pengobatan lainnya.
Sebuah senyawa kimia yang ditemukan di dalam masakan kari saat ini tengah diuji kemampuannya mengobati penyakit kanker usus.

Sebanyak 40 orang pasien dua rumah sakit di Leicester mengikuti uji coba ini.
Dokter akan membandingan efek pemberian curcumin tujuh hari sebelum kemoterapi dilakukan.
Sebelumnya sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kunyit dapat mematikan sel kanker dan kemungkinan bisa juga mengobati stroke serta demensia.
Apabila penyakit kanker sudah menyebar ke seluruh tubuh, pasien penyakit kanker biasanya menjalani terapi dengan kombinasi tiga obat kemoterapi, namun sekitar separuh pasien tidak merespon obat tersebut.

Profesor William Steward, yang memimpin uji coba tersebut mengatakan bahwa saat diuji coba terhadap hewan kombinasi kemoterapi dan curcumin terbukti 100 kali lebih menghasilkan efek bagus ketimbang salah satu upaya pengobatan saja.
"Saat kanker usus sudah menyebar maka penyakit ini sulit disembuhkan. Sebagian disebabkan karena efek samping kemoterapi membatasi waktu pasien mendapatkan pengobatan," kata Steward.
"Prospek curcumin meningkatkan sensitivitas sel kanker terhadap kemoterapi sangat menggembirakan," papar Steward.
"Sebab itu berarti dosis obat yang diberikan akan lebih rendah sehingga pasien akan menderita efek samping yang minim dan bisa mendapatkan pengobatan lebih lama," tambahnya.

Penelitian ini, kata Steward, masih dalam tahap awal.
Namun investigasi ini diharapkan pada akhirnya bisa menyediakan jenis obat baru di masa depan.
"Dengan melakukan penelitian ini, kami akan mengetahui tentang keuntungan potensial mengkonsumsi curcumin dalam jumlah besar, di samping efek samping yang mungkin dialami para penderita kanker," kata Joanna Reynolds dari Pusat Penelitian Kanker Inggris.

Lihat juga :

Anda mungkin menyukai postingan ini